Oleh
: Tim KKN – PPM UGM 2018, Sub – unit 4, Dusun Kaligatuk
Dalam UU No.11 Tahun 2010 tentang Cagar
Budaya Pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa Cagar Budaya adalah warisan budaya
bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur
Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di
air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi
sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui
proses penetapan. Keberadaan tinggalan arkeologis baik yang sudah ditetapkan
sebagai cagar budaya maupun warisan budaya memerlukan perhatian dari berbagai
pihak. Pengenalan terhadap keberadaan situs – situs tersebut kepada masyarakat
dengan berbagai cara dan metode yang menarik menjadi salah satu bagian dari
sikap melestarikan keberadaan tinggalan arkeologis tersebut. Kegiatan – kegiatan
yang mengandung muatan pengenalan terhadap situs – situs tinggalan arkeologis
diperlukan pengemasan yang menarik dalam penyampaian kepada masyarakat umum
terutama anak – anak. Kegiatan yang memuat tema sejarah dan kebudayaan dewasa
ini semakin memerlukan media yang lebih tepat yang hingga kini dirasa masih
monoton.
Dunia anak – anak terutama mereka yang sedang
dalam masa pendidikan sekolah dasar memerlukan pengajaran yang kreatif,
interaktif dan aktif. Disisi lain muatan informasi terkait kebudayaan dan
sejarah masih dianggap membosankan dan monoton, dan menjadi persoalan yang hingga
saat ini belum dapat disajikan dengan menarik. Persoalan yang memerlukan
sinergi oleh semua pemangku kepentingan baik dari instansi, akademis serta
masyarakat umum secara khusus. Pembelajaran dan penyampaian wawasan terkait sejarah, kebudayaan dan
tinggalan arkeologis masih belum mampu menarik perhatian anak – anak dalam
dunia pendidikan. Keberadaan beberapa museum yang memiliki jenis koleksi
terkait kepurbakalaan dan sebagainya terlihat sepi pengunjung menjadi salah
satu bukti diperlukan media yang menarik dalam menyampaikan wawasan tersebut
kepada masyarakat umum terutama generasi muda. Pengemasan penyampaian melalui
permainan menjadi media yang dirasa lebih tepat kepada anak – anak namun memuat
wawasan dan pengetahuan yang akan disampaikan. Benda cagar budaya mempunyai
arti penting bagi kebudayaan bangsa, khususnya untuk memupuk rasa kebanggaan
nasional serta memperkokoh kesadaran jatidiri bangsa serta merupakan kekayaan
budaya bangsa yang penting bagi pemahaman dan pengembangan sejarah, ilmu
pengetahuan dan kebudayaan sehingga perlunya perlindungan dan pelestarian demi
jatidiri bangsa dan kepentingan nasional ( Widiyanta, 2010: 2)
Pengenalan wawasan sejarah dan kebudayaan
melalui media puzzle dan mini games kepada siswa – siswi kelas 4 dan 5 SD
Negeri Kaligatuk menjadi salah satu program kegiatan Tim KKN – PPM UGM 2018
yang ditujukan kepada anak – anak yang masih duduk dalam
bangku
sekolah dasar. Pemilihan media pembelajaran dengan bentuk puzzle diharapkan
mampu menarik minat belajar yang lebih beragam dan tidak monoton sehingga dapat
diterima dengan mudah dan menyenangkan. Gambar yang digunakan dalam permainan
puzzle untuk siswa – siswi SD Negeri Kaligatuk memuat informasi terkait
sejarah, secara khusus tinggalan arkeologis yang cukup dikenal oleh masyarakat
umum terutama anak – anak yaitu relief Karmawibangga yang terdapat di Candi
Borobudur, Magelang. Pemilihan gambar yang memuat relief Karmawibangga yang berada
di bagian kaki Candi Borobudur mempertimbangkan makna dan maksud pengajaran
yang tertuang didalamnya. Relief karmawibangga memiliki rangkaian suatu naskah
yang berasal dari Naskah Mahakarmawibangga. Relief karmawibangga merupakan
relief pada kaki candi (tingkat 1) yang mengungkapkan perbuatan manusia tentang
kebajikan maupun kejahatan serta segala akibat dari perbuatan tersebut ( Balai
Konservasi Borobudur, 2014: 7), tetapi perilaku terpuji juga tidak lepas dari
penggambaran pada relief ini, seperti wejangan sampai derma dan pemujaan hingga
beribadah ( Siswoyo, 1992:47).
Relief karmawibangga terdapat 160 panil,
Karma adalah perbuatan, Wibangga berarti gelombang atau alur (Ashari, 2010:14),
suatu ajaran yang mengajarkan bahwa segala perbuatan pasrti ada akibatnya
(Santiko, 1876:88). Naskah Mahakarmawibangga yang memuat ajaran agama Budha
bukan meruoakan cerita yang bersambung dengan runut, tiap paragraf naskah
berisi mengenai aturan hidup menurut agama yang melatarbelakangi naskah
tersebut ( Rohyani, 2004:128). Panil O 71 dalam relief karmawibangga
menceritakan perbuatan belas kasih pemberian
derma dan hadiah yang ditjukan kepada bawahan dan fakir miskin. Relief ini digunakan sebagai gambar puzzle
melihat cerita yang termuat didalamnya memiliki pembelajaran dan muatan budi
pekerti yang baik. penggunaan puzzle sebagai media pembelajaran sejarah selain
mengasah daya pikir, melatih kesabaran juga dapat disebut permainan edukasi
karena tidak hanya untuk bermain tetapi juga mengasah otak dan melatih antara
kecepatan pikiran dan tangan ( Maviro, 2017: 33).
Relief Karmawibangga
Candi Burobudur
Panil O 71, adegan
pemberian derma dan hadiah kepada bawahan dan fakir miskin
Manfaat media puzzle dalam
pembelajaran, yaitu meningkatkan keterampilan kognitif, meningkatkan
keterampilan motorik halus, melatih kemampuan nalar dan daya ingat, melatih
kesabaran, menambah pengetahuan, serta meningkatkan keterampilan sosial siswa.
Keterampilan kognitif berhubungan dengan kemampuan untuk belajar dan memecahkan
masalah. Melalui puzzle, siswa-siswa akan mencoba memecahkan masalah
yaitu menyusun gambar menjadi utuh. Bermain puzzle juga dapat
meningkatkan keterampilan motorik halus. Siswa dapat melatih koordinasi tangan
dan mata untuk mencocokkan kepingan-kepingan puzzle dan menyusunnya
menjadi satu gambar. Puzzle juga melatih kemampuan nalar dan daya ingat
dan konsentrasi puzzle yang berbentuk manusia akan melatih nalar
siswa-siswa. Saat bermain puzzle, siswa akan melatih sel-sel otaknya
untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya dan berkonsentrasi untuk
menyelesaikan potongan-potongan kepingan gambar tersebut ( Widyanarti, 2013).
Kegiatan pengenalan cagar budaya yang
dilaksanakan di SD Negeri Kaligatuk diawali dengan mini games guna semakin
meningkatkan dan mempererat antar siswa sebagai kegiatan pengantar sebelum
materi pengenalan cagar budaya. Kegiatan yang dilaksanakan di SD Negeri
Kalihatuk juga diisi dengan pembelajaran menggambar menggunakan aplikasi
komputer Tux Paint. Siswa – siswi tampak antusias dengan kegiatan yang mengasah
konsentrasi, kekompakan dan pembelajaran menggambar menggunakan media komputer. (Penulis : Yustina D.S., Editor : Muammar K.)
Referensi
Ashari, Chaidir. 2010. Inskripsi – inskripsi pada Relief
Karmawibangga di Candi Bodobudur: Kajian Epigrafi. Skripsi. Program Studi
Arkeologi. Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya. Universitas Indonesia.
Balai Konservasi Borobudur. 2014. Kompleks Candi Borobudur. Borobudur Temple
Compounds. Magelang: Balai Kosnervasi Borobudur.
Maviro, Anirisa Latut Torikil.. 2017.
Penggunaan Puzzle untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPS di Kelas IV MIN Lambaro Aceh besar.
Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Ar-Raniry
Darussalam Banda Aceh.
Rohyani, Siti. 2004. Skenario Penggambaran Relief Karmawibangga
di Candi Borobudur. Tesis. Program Studi Arkeologi. Pasca Sarjana
Universitas Indonesia.
Santiko, Hariani. 1992.
Karmawibangga, Rahasia dari Jawa Kuno. Rahasia di Kaki Borobudur. Jakarta:
Katalis. 13 – 38
Siswoyo, Adi. Isi Dari Tiga Lapis Dunia. Rahasia Di Kaki Borobudur. Jakarta:
Katalis. 39 – 50.
Widiyanta, Danar. 2010. Pemberdayaan Guru – Guru IPS/ Sejarah di
Bantul dalam Upaya Peningkatan kesadaran Masyarakat terhadap Pelestarian Benda
– benda Peninggalan Sejarah. Yogyakarta.
Widyanarti,
Sri. 2013. Penggunaan Media Puzzle Dalam Model Pembelajaran Langsung Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Kelas Va SDN Rangkah I
Tambaksari Surabaya. Jurnal
Mahasiswa Unesa. 1 (1).